Gus Baha atau dengan nama aslinya K.H. Ahmad Bahauddin merupakan sosok ulama yang sangat berpengetahuan luas. Salah satu ciri dari beliau adalah ceramahnya yang kerap kali diselingi dengan bahasa guyon (lucu).
Dibalik ceramah-ceramah agamanya yang diselingi dengan guyonan, ternyata punya tujuan dan maksud tersendiri.
K.H Ahmad Bahauddin Nursalim memberikan pengertian kepada para santrinya bahwa apa yang dilakukannya selama berceramah diselingi dengan guyon adalah karena Gus Baha sudah dikenal sebagai ulama dan penyampaian ceramah seorang ulama haruslah tenang dan mudah diterima salah satunya dengan guyon.
Cara ceramah Gus Baha memang berbeda dengan ulama pada umumnya . Gus Baha tetap pada gayanya tersendiri yaitu memakai peci hitam dan memakai sarung. Jika kita melihatnya pasti kita teringat santri pondok pesantren. Dengan cara ini ternyata efektif, bisa kita lihat video tayangan Gus Baha ceramahnya di youtube mampu menyedot juataan penonton.
Meskipun Gus Baha sering guyonan didalam ceramahnya, akan tetapi didalam ceramahnya mengandung maksud yang sangat mendalam. Setiap beliau ceramah sering kita jumpai disela-sela guyonannya itu sering berpesan kepada santrinya dengan kata-kata “Iki Rungokno Tenan” , maksudnya untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Gus Baha juga menjelaskan kepada umat, bahwa kenapa dirinya tidak senang dengan umat yang mendengarkan ceramahnya dengan suasana daim dan serius, menurut Gus Baha cara tersebut justru akan berdampak pada umat yang malah tidak mau bertanya tentang hukum agama.
Cerita Gus Baha pernah bermimpi didatangi dan ditegur oleh ulama mengenai sikapnya yang cenderung tenang dan diam pada waktu itu. Bahwa hal tersebut adalah kesalahan bagi dirinya.
“Orang alim itu sudah wibawa, kalau diam akan tambah wibawanya,” ujar Gus Baha
“Setelah saya urakan, suka meledeki rektor dan macam-macam lalu orang berani bertanya,” pungkasnya.
Ternyata Gus Baha menceritakan tentang pengalamannya, yakni pada saat Gus Baha pergi ke pasar orang pun mau bertanya kepada dirinya tentang hukum islam.
Tentang pengalamannya itu Gus Baha pun membandingkan penampilan urakannya itu dengan siakpnya yang cenderung diam saja.
“Tapi kalau saya wibawa ke pasar bawa tasbih, diam saja, itu pasti orang salaman lalu minta didoain. Tapi barokahnya saya sedikit urakan, orang jadi mudah untuk bertanya,” ujar Gus Baha.
“Jadi saya urakan itu memang saya buat-buat. Kalau kalian asli. Karena ga urakan tetap ga wibawa. Jadi barokahnya urakan itu banyak,” sambunya.
Begitulah Gus Baha yang begitu luas ilmunya, sehingga ilmu yang diberikan kepada santri-santrinya ataupun siapa saja yang mendengarkan ceramahnya akan mudah menerima.
0 comments:
Post a Comment