Dalam ceramahnya Gus Baha menjelaskan Pembacaan kitab Al-Barjanzi yang biasa dilakukan oleh orang-orang muslim disaat malam jum’at ataupun diacara Maulid Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan di masjid-masjid maupun musholla menjadi polemik ketika sebagian umat islam yang menganggap pembacaan Kitab Al-Barjanzi adalah bid’ah ataupun dianggap sebagai bacaan mantra.
Perbedaan pendapat diantara pemahaman umat islam mengenai pembacaan kitab Al-Barjanzi yang kadang bisa berakibat menyinggung antar umat islam itu sendiri. Adanya pembacaan kitab Al-Barjanzi memang sudah biasa dilakukan oleh ulama, kyai, ustadz dan umat islam pada umumnya dari dahulu.
Mengenai permasalahan tentang bolehnya membaca kitab Al-Barjanzi menurut Gus Baha bahwa apa yang terkandung dalam kitab Al-Barjanzi salah dipahami orang.
“Saya berkali-kali ngomong dimana-mana. Lah Barjanzi itu nasibnya kurang baik. (karena dibaca pakai bahasa Arab), yang baca nggak paham, yang dengar nggak paham. Akhirnya kubu sebelah dianggap baca mantra,” ujar Gus Baha.
Berkaitan dengan itu Gus Baha mempertanyakan alasan kitab Barjanzi dikatakan bid’ah dan memberi penjelasan sedikit tentang isi dari kitab Al-Barjanzi.
“Nah terus dihukumi bid’ahkan, coba kalau itu ditulis bahasa Indonesia. Nasab Muhammad, dia punya bapak Abdullah, punya Mbah Abdul Muthalib paling kubu sebelah nggak akan bilang bid’ah, pasti ngomong ini buku sejarah,” kata Gus Baha.
Adanya orang yang mempersalahkan tentang hukum membaca kitab Al-Barjanzi yang terkadang bisa memecah belah umat adalah karena ketidaktahuan orang tersebut tentang kitab Al-Barzanji. Gus Baha pun menanggapi dengan penjelasan yang sedikit menggelitik dengan memakai bahasa jawa.
“Jadi gara-gara bahasa Arab. Sing maca ora paham, sing nyenggak yo ora paham, terus dikiro mantra. Sing ngritik yo luwih ora paham. Ya sudah akhirnya seperti itu,” sambung murid Mbah Maimun.
Salah satu tujuan adanya kitab Al-Barjanzi, yakni mengetahui tentang nasab Nabi Muhammad begitu dikatakan oleh Gus Baha.
“Jadi Barzanji itu bela-belain nabi itu yang dilihat dari sisi nasab, Gus Baha pun menukil keterangan dari kitab Al-Barjanzi itu .
“Wa’adnaanu Bilaa Raibin ‘Inda Dzawil ‘Ulumin,” ujar Gus Baha.
Jika melihat dari guru dari Gus Baha, Mbah Maimun Zubair adalah salah satu ulama apabila dibacakan kitab Al-Barjanzi, maka berlinanglah air matanya, biasa ketika sedang Mahallul Qiyam.
0 comments:
Post a Comment