Dalam kesempatan ceramahnya Gus Baha mengungkapkan alasannya selama ini menggunakan bahasa Jawa meskipun kadang memakai bahasa Indonesia akan tetapi tetap ada bahasa Jawanya.
Ternyata tujuan KH Bahauddin Nursalim atau sering disapa dengan sebutan Gus Baha karena beliau salah satu bentuk tawadhu’nya.
“Saya sering dikomplain orang, Gus Anda ini Kiai nasional tolong pakai bahasa Indonesia. Justru ini bentuk tawadlu saya, kamu ndak pernah nrasani dadi kiai,” kata Gus Baha.
Bahkan Gus Baha sendiri menganggap dirinya bukanlah kiai nasional melainkan kiai lokal yang merupakan kiai dari daerah asalnya.
“Jadi saya (pakai) bahasa Jawa itu, justru tawadlu saya. Saya merasa kiai ya di daerah saya, di komunitas saya, ndak merasa kiai global, kiai nasional,” tuturnya.
KH Bahauddin Nursalim pun menyampaikan jawaban atas siapa yang mempertanyakannya pemakaian bahasa jawa dalam ceramahnya.
“Nabi-nabi saja itu ‘Idz Qala Liqaumihi, jadi hanya (didaerahnya). Terus akhirnya, (kata orang tadi) jenengan ngawur saja masih punya dalil katanya.”
“Sebenarnya saya ndak mau beragumentasi. Supaya kamu tahu bahwa pilihan saya itu ada sanad, itu saja,” tambahnya.
Ceramah yang Gus Baha sampaikan pada kesempatannya mengisi kegiatan Daurah Ilmiah yakni “Merawat Tradisi Sanad Keilmuan Ulama Nusantara’ yang pada waktu itu dihadiri Habib Jindan bin Salim bin Jindan dan Ulama se-Banten dan Jabodetabek.
Pada acara waktu itu sempat seorang moderator menyampaikan dan sedikit menyentil Gus Baha yang memakai bahasa Jawa dalam kesempatannya kala itu.
“Alhamdulillah masih nyambut (pakai) bahasa Jawa juga walaupun di sini banyak orang Betawi yang gak ngerti,” ujar moderator.
KH. Jamaludin F Hasyim yang jadi moderator pada waktu itu mengatakan bahwa Gus Baha merupakan Ulama yang unik.
“Sebetulnya Gus Baha itu yang kita tahu gak senang ceramah dan hanya mau diundang orang-orang tertentu termasuk Habib Jindan karena ta’dhiman wa Takriman. Beliau gak mau ceramah, maunya baca kitab,” pungkasnya.
Demikian ceramah Gus Baha mengenai pemakaian bahasa Jawa dalam ceramah-ceramahnya yang terkadang membuat muhibbin atau pendengarnya menimbulkan tanda tanya.
Semoga kita selalau dalam lindungan Allah SWT sehingga dapat terus mengambil ilmu dari KH Bahauddin Nursalim dan mampu mengamalkan apa yang telah disampaikannya.
0 comments:
Post a Comment